Perangi Radikalisme dan Terorisme, Panglima TNI Minta Elemen Bangsa Bersatu

Monitorday.co.id, TASIKMALAYA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta seluruh elemen bangsa bersatu. Itu karena, Panglima TNI mengendus ada upaya-upaya memecah belah bangsa.

Sekadar diketahui ini merupakan kali kedua Panglima TNI bersama Kapolri melakukan Safari Ramadan. Sebelumnya Panglima TNI dan Kapolri bersama puluhan ulama  kiai menggelar Safari Ramadan di Medan, Sumatera Utara.

Dalam sambutannya, Panglima TNI menegaskan, perlunya sinergisitas seluruh elemen bangsa untuk melawan radikalisme dan terorisme yang berpotensi membelah bangsa Indonesia.

Lebih lanjut Panglima mengatakan, tidak bisa dibenarkan, aksi radikalisme dan terorisme mengatasnamakan agama, terutama agama Islam. "Sebab, Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Yakni agama rahmat bagi seluruh mahluk di alam semesta ini," tandas Panglima.

"Oleh karena itu, jika ada aksi radikalisme dan teroris yang mengatasnamakan agama, bisa dipastikan itu bukan ajaran Islam," sambungnya.

Perangi Radikalisme dan Terorisme, Panglima TNI Minta Elemen Bangsa Bersatu
Perangi Radikalisme dan Terorisme, Panglima TNI Minta Elemen Bangsa Bersatu


Untuk melawan radikalisme dan terorisme butuh sinergisitas seluruh elemen bangsa. "Tidak ada cara lain (melawan radikalisme dan terorisme) kecuali seluruh elemen bangsa bersatu," tukasnya.

Sementara Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) KH. Mustofa Aqil Siradj dalam tausyiahnya mengaku senang melihat dua lembaga keamanan negara bersinergi. Sebab dengan negara yang aman maka masyarakat bisa tenang menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Saya pernah ke Palestina. Di sana saya tanya kepada seseorang arah kiblat. Ternyata dia tidak tahu istilah kiblat. Itu wajar karena orang Palestina tahunya adalah perang. Dan mereka tidak sempat belajar agama Islam," tutur Kiai Mustofa.

Menurut Kiai Mustofa, patut diapresiasi upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga NKRI. Pemerintah berusaha menyatukan para ulama dan kiai untuk menjaga NKRI.

"Suatu kekita saya melihat KH Ma'ruf Amin yang juga Rais Aam PBNU resah. Beliau khawatir dengan perpecahan umat Islam di Indonesia. Sedangkan Presiden Jokowi juga resah karena dituduh anti Islam dan PKI. Lalu keduanya bertemu dan membentuk majelis yakni Majelis Dzikir Hubbul Wathon," ujarnya.

"Majelis itu artinya perkumpulan, dzikir itu bisa diartikan saling mengingatkan. Sedangkan hubbul wathon adalah cinta tanah air. Jadi Majelis Dzikir Hubbul Wathon tempat kita untuk mengiatkan dan menjaga NKRI," kata Kiai Mustofa.


A post shared by Monitorday (@monitordaycoid) on

Kiai Mustofa kembali mengingatkan bahwa saat ini tahun politik. Adik kandung Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj ini pun meminta harapan Panglima agar seluruh elemen bangsa bersatu direalisasikan. "Ya kalau nanti calon kepala daerah yang kalah maupun yang menang saling menghargai," pungkasnya.

Senada dengan itu, Sekjen PB MDHW Hery Haryanto Azumi menilao pertemuan ulama dan umaroh dalam hal ini TNI dan Polri sesuai dengan cita-cita besar MDHW. "Pertemuan ulama dan umaroh ini bisa disebut tradisi baru yang sangat bagus. Ini harus dirawat dan ditradisikan," kata Hery.

Dengan sering berkumpul seperti ini, kata Hery, akan lebih mudah mencarikan jalan keluar untuk persoalan-persoalan bangsa. "Pertemuan begini akan lebih mudah menemukan solusi. Makanya ini harus ditradisikan," pungkasnya.