Safari Ramadan di Lombok, Panglima-Kapolri Digelari Raja Penjaga NKRI

Monitorday.co.id, MATARAM - Safari Ramadan Panglima TNI Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian berlanjut ke wilayah Indonesia bagian timur. Kali ini, Korem 162/Riwa Bhakti, Mataram Lombok yang dijadikan tempat silaturahmi TNI-Polri bersama ulama se-Lombok.

Safari Ramadan di Lombok, Panglima-Kapolri Digelari Raja Penjaga NKRI
Safari Ramadan di Lombok, Panglima-Kapolri Digelari Raja Penjaga NKRI


Bahkan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian diberi gelar raja oleh para tokoh masyarakat Mataram. TNI dan Polri diharapkan bisa menjaga keutuhan NKRI.

"Kami mohon maaf atas keterlambatan ini. Jujur kami sangat senang, bisa berada di tengah-tengah para ulama, tokoh masyarakat Lombok," ujar Panglima TNI Haji Tjahjanto di hadapan ratusan ulama serta warga yang datang.

Lebih lanjut Panglima mengajak, seluruh komponen masyarakat khususnya di Lombok menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanpa peran ulama dan komponen bangsa, TNI dan Polri sangat sulit menjaga bisa NKRI.

"Memang menjaga bangsa dan negara adalah tugas TNI dan Polri. Tetapi, tanpa dibantu seluruh komponen bangsa, sulit bisa menjaga negara sebesar ini," tukas pria berkumis tebal ini.

Panglima juga mengungkapkan rasa prihatin terhadap aksi teror yang terjadi belakangan ini. Yang dimaksud Panglima adalah aksi teror di Mako Brimob, Depok, di Surabaya dan Riau. "Kita semua patut prihatin dengan aksi teroris itu. Beruntunga TNI dan Polri dengan sigap memulihkan situasi," ungkapnya.

Menurut Panglima, aksi teror seperti iti tidak perlu terjadi. Pasalnya, Indonesia dikenal sebagai negara yang majemuk dan ragam budaya. "Dunia internasional sangat mengagumi keragaman bangsa ini. Jangan lah dirusak dengan aksi-aksi teror seperti itu," tandasnya.

Safari Ramadan di Lombok, Panglima-Kapolri Digelari Raja Penjaga NKRI


Oleh karenanya, Panglima mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjaga negara ini dari upaya-upaya memecah belah bangsa Indonesia. "Tapi masyarakat tidak perlu risau karena kami akan berupaya sekuat tenaga untuk menjaga NKRI," imbauhnya.

Senada dengan Panglima, Kapolri Tito juga mengatakan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Itu didukung dengan sumberdaya alam yang luar biasa.

"Lombok ini bisa dibilang memiliki potensi yang sangat besar setelah Bali. Banyak wisatawan asing yang ingin datang ke sini. Oleh karenanya, masyarakat Lombok juga harus dapat menciptakan rasa aman bagi setiap orang yang datang," kata Tito.

Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi para pendatang, masyarakat Lombok harus memiliki rasa toleransi yang tinggi. "Nah, ini tugas para ulama untuk memberikan pencerahkan kepada masyarakat bagaimana menghargai dan menghormati keragaman ini," tutur mantan Kapolda Metro Jaya ini.

Sebelumnya Tito juga mengungkapkan, peran ulama dalam mereduksi paham terorisme sangat besar. Tito berharap dalam setiap pengajian di majelis-majelis taklim, para ulama turut memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat. Terutama terkait toleransi.

"Aksi teror di Surabaya kemarin dilakukan oleh satu keluarga. Bagaimana bisa satu keluarga memilih mati dengan jalan meledakkan diri," kata Tito.

"Kami tahu, paham terorisme ini ibarat gunung es. Jika di pangkas ujunhnya, maka akan tumbuh lagi. Nah, untuk menghancurkan gunung es, butuh peran ulama dan tokoh masyarakat," tambahnya.

Secara terpisah, Sekjen Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) Hery Haryanto Azumi juga mengakui, peran ulama sangat besar menjaga NKRI. Ditilik dari sejarah, kata Hery, sumbangsih ulama dalam mendirikan bangsa dan negara ini sangat besar.

"Jadi tidak salah, jika umara dan ulama bersatu. Safari Ramadan seperti ini harus dijadikan budaya. Sebab dengan umara dan ulama sering duduk bersama, maka persoalan bangsa akan cepat ditemukan jalan keluarnya.

"Tradisi seperti ini harus terus dibangun. Benar kata Panglima, sulit menjaga NKRI jika tidak melibatkan seluruh komponen bangsa terutama ulama," pungkasnya.