Kyai Ma’ruf Amin Minta Relawan Kerja Keras Tanpa Korbankan Persatuan Bangsa

Monitorday.co.id, BENGKULU – Persatuan bangsa dan negara menjadi harga mati. Meski pandangan dalam Pilpres dan Pileg 2019 berbeda, tapi hal ini jangan sampai menggadaikan soliditas Indonesia. Hal inilah juga yang menjadi fokus Cawapres 01 KH Ma’ruf Amin (KMA) saat ini.

Kyai Ma’ruf Amin Minta Relawan Kerja Keras Tanpa Korbankan Persatuan Bangsa


Sebagai seorang negarawan besar, nasehat diberikan oleh KMA. Di sela kunjungannya di Bengkulu, KMA meminta masyarakat tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI harus tetap solid. Tidak boleh terkikis oleh perbedaan pandangan politis jelang Pilpres dan Pileg 2019 pada 17 April nanti.

“Kita semua tetap bekerja keras untuk memenangkan Pilpres 2019 ini. Selain itu, keutuhan bangsa dan negara harus selalu dikedepankan,” ungkap KMA dalam dialog Kerukunan Umat Beragama di Grage Hotel, Bengkulu, Rabu (20/3).

KMA pun tetap menegaskan, bahwa semua elemen bangsa untuk tetap bersatu. Mengindari konflik. Tidak terpecah oleh perbedaan pandangan selama proses Pilpres dan Pileg 2019. “Kita harus menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini. Konflik harus dicegah. Paham-paham intoleran itu harus dilawan, siapapun yang meniupkannya,” ujar KMA.

Sebagai negarawan, KMA pun mengingatkan 4 elemen yang harus dijaga dalam membina kerukunan. Hal ini sebagai jaminan solidnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pertama, adalah bingkai politik. KMA menjelaskan, Indonesia memiliki bingkai politik yang menyatukan seluruh bangsa dan ada kerukunan beragama di dalamnya. Kerukunan ini menjadi elemen penting bagi sebuah negara.

“Stabilitas keamanan negara harus diutamakan. Salah satu kuncinya itu adalah kerukunan antar umat beragama. Untuk itu, potensi konflik-konflik antar umat beragama dalam masyarakat harus dicegah,” kata Kiai asal Tangerang Banten ini.

KMA lalu memberi iustrasi. Indonesia pernah mengalami kerusuhan. Penyebabnya adalah sentimen agama, yaitu Poso dan Ambon. Hal ini tentu menjadi pelajaran berharga. Tujuannya, agar kejadian serupa tidak lagi terulang. Bingkai lainnya adalah yuridis. KMA menerangkan, harus ada upaya untuk menangkal masuknya ideologi yang melahirkan kelompok intoleran.

“Sikap intoleran yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 harus ditangkal. Soal khilafah itu tidak usah petenteng-petenteng. Proporsial saja yang tidak menyalahi kesepakatan. Kalau orang sudah enyalahi kesepakatan, NKRI bisa bubar. Hal ini harus dicegah,” ucap Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI)  itu.

Selanjutnya,  Mustasyar PBNU itu menyebutkan bingkai berikutnya adalah kearifan lokal. Menurut dia, kearifan lokal tidak bisa diganggu. Sebab, hal ini menyentuh langsung pada budaya dan kepercayaan warga setempat. Dan Bingkai keempat adalah teologi. Menurut putra Abuya Amin ini, setiap masyarakat harus mengetahui batasan-batasan untuk tidak melukai umat yang berbeda keyakinan.

"Umat beragama harus membangun teologi kerukunan. Jangan teologi konflik," tuturnya. (*)